CeritaPedagang Jamu Gendong mau menunjuk kan pukul 17.00. Minggu (10/1). Di sebuah gang sempit di belakang kampus Perbanas. Setiabudi. Jakarta Selatan, dagangan Harti (40-an) sudah habis. Seluruh botol di gerobak mu-ngilnya tidak menyisakan jamu setetes pun. Hanya jamu sachet yang masih tampak banyak. CeritaBokep : Tukang Jamu Yang Montok Depan Belakang. Namaku Boby 27 thn, tinggi badan 180cm, wajah keren. Akibat semua pesona cowo aq milikki, aq jadi doyg plesir dan ganti-ganti pacar. Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot. Oleh: damakorclub12. Diposting pada: Februari 24, 2021 Maret 24, 2021. Dilihat:5.077 views. Genre Bacacerita seks Dewasa di cerita erotis , situs baca cerita mesum, cerita dewasa, cerita malam, cerita bokep, cerita hot online Cerita Erotis Mba Tukang Jamu yang Lagi Bunting. Aku akan sedikit cerita tentang semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku. Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot-cekot, asam urat dst. ML DGN TUKANG JAMU GENDONG 2014 (11) Oktober (11) Label. cerita 17 tahun cerita cinta cerita dewasa cerita ngentot cerita panas cerita sex. Mengenai Saya. enny arrows Lihat profil lengkapku. Translate. Tema Sederhana. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Mbak Jamu Sexy Sariyem Pembangkit Nafsu Bangun tidur sore itu… tidak membuat Hendri menjadi bugar, seperti layaknya orang bangun tidur. Bayangkan… dua malam begadang di puncak Merapi. Sebagai anggota pencinta alam, kampusnya ditugaskan untuk mencari beberapa anak SMK pendaki yang hilang di Merapi. Cuaca buruk begini nekat mendaki gunung, kutuknya dalam hati. Di dekapnya kedua kaki mengusir dingin di atas bangku teras depan kosnya, cuaca hujan rintik-rintik. Memang cuaca bulan Desember membuat segalanya menjadi basah, terkanguk beberapa potong celana jeans belelnya yang kemungkinan hanya di bulan Desember ini bertemu dengan yang namanya air, dua potong CD pun ikut basah akibat dicucinya tadi pagi. Benar-benar hari yang menyiksa bagi Hendri, sudah dingin cuaca… tanpa CD pula. Sepotong kain sarung yang lumayan kering cukuplah menghangatkan tubuh cekingnya sore itu. Cerita 18 Tahun Keatas Cerita Sex Cerita Dewasa Cerita Mesum Hot Story Cerita Ngentot Artikel Porno Tempat kost Hendri cukup strategis, walaupun bangunan peninggalan Belanda, tetapi letaknya terpisah dari perkampungan, karena dikelilingi oleh tembok tinggi. Ibarat mekanguki sebuah benteng pada jaman dahulu, letak kamar kos-kosan disekeliling bangunan utama yang di jadikan sekolah negeri. Suasana sekitar kos-kosan memang sedang sepi… penghuninya banyak yang pulang kampung, maklum liburan Desember. Sementara sebagian kamar dijadikan asrama sekolah yang juga kosong ditinggal penghuninya liburan, praktis Hendri merasa sebagai penjaga kosan, umpatnya dalam hati. “kang… jamu kang…” sapa tukang jamu gendongan membuyarkan lamunan Hendri. “Eh embak… ujan-ujan ngagetin orang lagi ngelamun aja” sewot Hendri. “kangnya ini lho… ujan-ujan kok ngelamun… tuh jemuran gak diangkat…” tanya mbak jamu sambil berjalan menghampiri beranda di mana Hendri duduk. “Emang sengaja mbak… sekalian kena air” jawab Hendri sekenanya. “Lho… kan sayang udah di cuci tapi kehujanan” kata mbak jamu keheranan. “belum kok, belum di cuci” elak Hendri. “Lha… kok aneh” protes mbak jamu, “sekalian dicuciin sama ujan” saut Hendri. “Dah laku jamunya mbak? tanya Hendri di sela-sela gerimis. “Yah belum banyak sih, makanya mbok dibeli kang jamunya” pinta mbak Jamu memelas. “Emang jualan jamu apa aja sih mbak” selidik Hendri sambil membenahi sarungnya. “Ya macem-macem, ada galian singset, sari rapet, kunir asem, sehat lelaki, pokoknya banyak deh, dan semuanya hasil meracik sendiri lho kang” bangga mbak jamu sembari membersihkan air di sekitar kaki dan kainnya. “Kalo badan pegel-pegel, jamunya apa mbak?” tanya Hendri, “Ada tolak angin” seru mbak jamu. “Ah… kalo aku biasa di kerokin mbak, kalo minum jamu doang kurang marem” kata Hendri. “Mbaknya bisa ngerokin saya?” goda Hendri, “Emang situ mau saya kerokin” kerling mbak jamu malu-malu. Hendri hanya tersenyum saja. “Ngomong-ngomong… namanya siapa sih mbak” tanya Hendri. “Saya Sariyem kang” jawabnya tersipu. Kalo di perhatikan… manis juga nih cewek… mana putih lagi kulitnya, gumam hati Hendri. “Kalo kang siapa namanya?” tanya Sariyem membuyarkan lamunan Hendri. “Saya Hendri mbak” jawab Hendri gugup. Keduanya bersalaman, gila… alus juga nih cewek tangannya, bathin Hendri. “Gimana kang Hendri, mau saya kerokin?” tantang Sariyem memancing. “Bener bisa ngerokin nih?” tanya Hendri antusias. “Boleh” jawab Sariyem senyum. “Tapi jangan di sini ya, bawa kanguk aja sekalian bakulnya mbak” kata Hendri sambil bangkit berdiri menyilahkan Sariyem kanguk ke dalam kos-kosan. “Wah kos-kosannya bagus ya kang, ada ruang tamunya segala, ini kamar siapa aja kang kok ada tiga? selidik Sariyem sembari meletakkan bakulnya di pojok dekat bufet. “Kamar temen, cuman mereka pada pulang kampung, tinggal saya sendiri jaga kos” jawab Aton. “Kamar kang Hendri sebelah mana” tanya Sariyem, “Itu mbak, paling pojok, paling gelap” kata Hendri. “Ih ngeri ah… gelap-gelapan” goda Sariyem genit. “Gak pa pa kok… aku dah jinak” canda Hendri sembari mengajak Sariyem menuju ke dalam kamarnya. “Kok sepi kang?” selidik Sariyem sembari melihat ke kiri kanan. “Rumah sebelah juga pulang kampung sekeluarga, makanya sepi” jawab Hendri. “Kamar mandinya di mana kang, aku mau cuci kaki dulu” tanya Sariyem. “Itu di depan kamarku jawab Hendri sembari membereskan tempat tidurnya yang berantakan. Hendri merebahkan badannya telungkup di atas kasur tanpa dipan, sementara Sariyem mengambil minyak gosok serta uang benggol untuk kerokan. “Mbak, jangan pake minyak ah… aku gak tahan bau dan panasnya” cegah Hendri. “Trus pake apa dong kang? tanya Sariyem bingung. Hendri berdiri menuju meja rias, diambilnya sebotol Hand Body dan di berikannya kepada Sariyem. “Pake ini aja mbak.. wangi lagi” senyum Hendri. Kemudian Sariyem mengambil posisi duduk di sebelah Hendri, disingkapkannya kain batik yg dikenakannya sehingga tampaklah betis mulus Sariyem. Wah mulus juga, mana banyak bulu halusnya nih tukang jamu sorak hati Hendri. Tangan yang menempel di punggung Hendri juga dirasa lembut dan halus oleh Hendri. “Umurnya berapa mbak” tanya Hendri memecah keheningan mereka berdua. “Dua enam bulan besok kang” jawab Sariyem. “Beda dua tahun di atas dong dengan saya” kata Hendri sembari meringis kesakitan. “udah rumah tangga mbak?” kejar Hendri. “Pisahan kang, suami saya kabur gak tanggung jawab” kata GSariyem. “Lho kenapa?” sambung Hendri penasaran. “Kecantol janda sebelah kampung” ungkap Sariyem cuek. “Waduh… laki-laki bodoh tuh… sela Hendri sembarangan. “Emangnya kenapa kang?” penasaran Sariyem. “Gimana gak bodoh, punya istri manis, putih dan sintal kayak gini kok di sia-siakan” rayu Hendri. “Ah… kang Hendri bisa aja” jawab Sariyem kanguk dalam perangkap Hendri, sembari mencubit pinggang lelaki itu. “Eh… geli ah mbak…” jerit Hendri sedikit mengelinjang. “Laki-laki kok gelian… ceweknya cantik tuh…” goda Sariyem. “Nggak cuman cantik… tapi banyak juga mbak” sombong Hendri. “Huh… dasar… laki-laki…” cemberut Sariyem. “Mbak… tadi jamunya apa aja?” tanya Hendri kemudian setelah adegan kerokan di punggungnya selesai. “Kalo buat kondisi kang Hendri sekarang… minum Sehat Lelaki” jawab Sariyem, “Kasiatnya apa aja mbak?” kejar Hendri. “Selain ngilangin kanguk angin, supaya badan gak lemes dan mudah loyo” jawab Sariyem. “Mudah loyo…? maksudnya apa…? tanya Hendri kemudian. “Ih kangnya ini lho… kayak gak tau aja…” jawab Sariyem malu-malu. Hendri memutar badannya, sekarang dia telentang menghadap Sariyem yang kangih duduk terpaku, “Sungguh… saya gak tau mbak” aku Hendri. Sariyem memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Sariyem yang menambah manis rona wajahnya. “Itu lho… buat pasangan suami istri kalo mau melakukan hubungan…” jawab Sariyem tersipu. “Hubungan…? hubungan apa…?” tanya Hendri dengan muka bloonnya. “Ahhh… kang Hendri ini lho… ya hubungan suami istri” jawab Sariyem sembari mencubit lengan Hendri. “Bagi yang punya pasangan… kalo kayak aku gimana…? siapa pasanganku ya…?” kerling Hendri menantang Sariyem. Sariyem sendiri membuang mukanya, tetapi Hendri menangkap semu merah di wajah Sariyem. Sariyem bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Hendri, “Jadi nggak… jamu Sehat Lelakinya kang?” tanyanya kepada Hendri. “Sini dulu dong…” jawab Hendri sembari tangannya mempersilahkan Sariyem untuk duduk di sampingnya lagi. “Kalo aku jadi minum… terus bereaksi… buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat” goda Hendri. “Ya sama pacarnya dong… maunya sama sapa?” pancing Sariyem gantian. “Gimana kalo sama mbak aja… soalnya pacar yang mana juga bingung aku” tembak Hendri sekenanya. “Jangan ah… entar kedengeran sama tetangga lho” jawab Sariyem tanpa nada penolakan. Kemudian Sariyem mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Hendri bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Sariyem duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut. “Jangan kang… genit ah… entar aku teriak lho” ancam Sariyem jinak-jinak merpati. “Teriak aja… paling gak ada yang keluar… orang ujan-ujan begini… pada males orang keluar” tantang Aton. Kemudian belaian Hendri turun ke pipi Sariyem terus ke leher jenjangnya. “kangss… geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya” ancam Sariyem. “Kamu cantik lho mbak… kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu” rayu Hendri, “Soalnya janda itu kaya kang… sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa” jawab Sariyem sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Hendri. “Nih… minum dulu ramuannya… ditanggung ces pleng…” jawab Sariyem tanpa di sadari. “Hee… berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya” tembak Hendri setelah meminum habis ramuan jamu tersebut. “Eh… ya nggak gitu… nyobanya gak sama aku” elak Sariyem merasa di tembak Hendri. “Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap” pinta Hendri. “Depannya minta di kerok sekalian kang?” tanya Sariyem. “Nggak usah di kerok… pijitin aja” kata Hendri. Pijitan Sariyem di dada Hendri, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Hendri kembali meraba pipi halus Sariyem, wanita itu terdiam. Kemudian Hendri menelusuri rabaan mulai turun ke leher Sariyem, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Sariyem, Sariyem menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan, semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya. Hendri merasakan deru nafas Sariyem yang mulai tidak teratur, dalam hati Hendri bersorak… kena lo sekarang…! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Hendri tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang kangih terpasang. Rona wajah Sariyem semakin nyata, “kangss… jaaangaannnn… kangs… nanti dilihat orang” erang Sariyem sembari menahan gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Hendri. Hendri tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Sariyem mulai dari pundak. Sariyem mencoba untuk menahan tangan Hendri, kemudian Hendri bangkit dari tidurannya, Sariyem memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Hendri yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Hendri meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Sariyem tepat dihadapannya, kemudian Hendri mendekatkan bibirnya mengecup bibir Sariyem, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Hendri memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Hendri, perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Sariyem mulai menikmatinya sambil memejamkan mata. Kedua tangan Hendri menurunkan kebaya yang dipakai Sariyem, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah. Hendri terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu kangih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Sariyem. “kangss… aku takuuutt…” erang Sariyem. “Sssstttt… enggak pa pa kok… nikmatin aja ya sayang” ujar Hendri menenangkan wanita itu. Kemudian Hendri mengambil tangan kiri Sariyem yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Hendri. “kangs… gak pake celana dalam ya…?” tanya GSariyem sembari mengelusnya dari luar sarung. Hendri hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang kangih dikenakan Sariyem. Setelah kain terlepas… Hendri tidak dapat menahan gelinya, “Kamu juga gak pake daleman ya…? tanya Hendri dengan geli. “Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam kang” jawab GSariyem ketus, giliran Hendri yang kaget dan melongo… Gila!!! Perlahan ditatapnya wajah Sariyem, perlahan tapi pasti tangan Hendri merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai. Hendri mulai meraba kedua bukit kembar Sariyem, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Hendri, di pegangnya tangan Hendri tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Hendri memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Hendri untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Hendri menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya. Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih ke rambut gondrong Aton dengan sedikit jambakan. Lidah Hendri meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Sariyem, terlihat Sariyem demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak pernah dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Sariyem merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis. BandarQ Online Indonesia Terpercaya Tangan Hendri kembali merekang bukit kembar Sariyem, sementara jilatan Hendri telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Sariyem. Luar biasa… bulu kemaluan Sariyem demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Hendri. “Eh… kangss… mau ngapaiiinn…? selidik Sariyem di atas sana. Hendri tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Sariyem untuk menemukan kenikmatan gadis itu. “Jangan kangss… kotooorrr… achhh…” erang Sariyem menahan gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu. Hendri hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan. “kangss… ediaaannn… uenakeee… ssshhh… aaahhh… emmmhhh kangss…” jerit tertahan Sariyem sembari menjambak rambut Hendri. Lidah Hendri menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Sariyem kelojotan. “kangss… gak kuaaat… mauuu pipp pisss…” teriak Sariyem sambil berusaha menyingkirkan kepala Hendri dari kemaluannya. Hendri menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Sariyem. Tak lama kemudian Hendri merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Sariyem, tetapi di tahannya, karena Hendri tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya. “Achhh… emmmhhh… kangss…sss…sss acchhh…” jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya. Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak pernah di dapat dari mantan suaminya dulu. Sariyem terkapar kelelahan, Hendri memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Sariyem, sementara Sariyem kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari… “Gimana rasanya mbak?” tanya Hendri beberapa saat kemudian setelah Sariyem terlihat telah dapat mengatur nafasnya. “kangss… tadi itu rasanya seperti apa ya…? tanya Sariyem kebingungan disela nafas yang kangih tersengal. “Sssst… sudah tak usah diungkapkan… pokoknya dirasain aja ya…” jawab Hendri menenangkan Sariyem. Beberapa saat kemudian Sariyem telah normal kembali pernafasannya dan bangkit duduk di samping Hendri. “Kok kang gak jijik sih nyiumin pepekku” tanya Sariyem yang membahasakan kemaluannya dengan pepek. Hendri tidak menjawab, malah dia bertanya pada Sariyem “Sariyem bener… belum pernah merasakan seperti tadi ya?” “Bener kang, soalnya suami Sariyem itu Peltu” jawab Sariyem. “Peltu??? emangnya suami Sariyem itu aparat?” goda Hendri. “Bukan… nempel metu…” jawab Sariyem tersipu. “Ha… ha… ha…” tawa renyah Hendri. Sariyem sudah tidak malu-malu lagi, perlahan tangan kanannya meraih senjata Hendri yang kangih tegak berdiri, “kang… punyanya kok panjang begini ya” tanya Sariyem sembari mengelus senjata Hendri. Hendri tersenyum, diberinya ruang untuk Sariyem dapat sepenuhnya menikmati senjata Hendri. Kemudian perlahan dan agak ragu, Sariyem mendekati senjata Hendri ke wajahnya, matanya melirik Hendri seakan meminta persetujuan Hendri, Hendri tersenyum dan mengangguk. Dengan tidak buru-buru, dikangukkannya kepala senjata Hendri ke dalam mulut Sariyem, Hendri terpejam merasakan sensasi bibir Sariyem sembari mengelus rambut wanita itu, luar biasa… katanya tidak mempunyai pengalaman, Tetapi dalam urusan sedot-menyedot… rupanya Sariyem juga jagonya, bathin Hendri, mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah berjalan secara naluri. Hendri kangih bermain dengan pikirannya, sementara Sariyem mengulum senjatanya. Sosok Sariyem di mata Hendri seolah tidak bedanya dengan cewek-cewek kencannya, tetapi Sariyem mempunyai nilai plus. Di samping Sariyem hanya seorang tukang jamu, tetapi dalam merawat tubuh tidaklah kalah dengan cewek kuliahan, Kulit Sariyem putih bersih dengan bulu-bulu halus di sekujut tubuhnya, ketiak yang tidak dicukur tetapi rapi memberi kesan tidak jorok, sementara bulu kemaluan yang lebat sampai ke belakang. Hendri terhenyak melihat Sariyem terbangun dari kulumannya di senjata Hendri. “Kenapa mbak?” tanya Aton, “Pegel kang mulutku, habis gede banget sih senjatanya” senyum Sariyem malu-malu. “Oke, sekarang mbak tiduran, aku kangukin ya senjataku ke pepek embak” kata Hendri. Tanpa perlu menjawab, Sariyem merebahkan tubuhnya mekangang posisi, kemudian Hendri mulai menusukkan senjatanya kedalam kenikmatan Sariyem. “Auuu… pelan-pelan ya kangss… kangukinnya… maklum dah lama gak di pake?” meringis Sariyem merasakan moncong senjata Hendri mekanguki lubang pepeknya. Setelah di rasa cukup kanguk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Sariyem, mulailah Hendri memaju-mundurkan senjatanya. “Ssshhh… enaaak kangss… terusss… yang dalammm kangss…”erang Sariyem keenakan. Hendri mulai berkeringat, walau udara di kamar sebetulnya cukup dingin, mungkin karena jamu yang diminum tadi sudah bereaksi. “Gila nih lobangnya mbak… adikku kamu jepit pake apa sih mbak” kata Hendri disela aktifitasnya memaju mundurkan senjatanya, “Ah… kang Hendri ini lho.. sempet-sempetnya bercanda… enggak kok kang… barangku enggak ada alatnya… cuman bisa njepit aja” bangga Sariyem. “Ini yang dinamakan orang Empot Ayam’ ramuan Madura… khan ada jamunya juga mbak” kata Hendri. “Iya kang… aku rajin minum juga… cuman gak tau namanya apa… soalnya itu jamu warisan nenekku yang memang kangih ada keturunan Madura…” jawab Sariyem sembari merasakan sensasi kembali. “Accchhh… kangss… aku moo pippiisss lagiii… aahhh…” untuk kedua kalinya Sariyem melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasme nya yang kedua. Dijepitnya pinggang Hendri… dipeluknya dada Hendri, seolah mau melumat tubuh kurus Hendri, Hendri sedikit meringis merasakan jepitan kaki Sariyem dan pelukan tangan Sariyem di tubuhnya, tetapi Hendri mengerti akan kenikmatan Sariyem, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Hendri memberi waktu untuk Sariyem mengembalikan nafas liarnya, ia berinisiatif untuk merubah gaya, disuruhnya Sariyem untuk nungging membelakanginya, Hendri melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Sariyem, baru dengan Hendri ini ia merasakan indahnya persetubuhan. Hendri pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Sariyem, dengan posisi ini, lubang kemaluan Sariyem semakin dirasakan sempit, sedikit mengalami kesulitan bagi Hendri untuk memaju-mundurkan senjatanya, walau lubang Sariyem sudah sedemikian basahnya akibat orgasme Sariyem tadi. Tangan Hendri memegang pinggul Sariyem, sedangkan Sariyem memeluk bantal sembari mengerang kenikmatan, “tusuk yang dalammm… kangss… ssshhh…. Akhirnya Hendri memacu semakin cepat dengan tujuan untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan, kali ini. “kangss… pippiiisss… lagi nihhh akuuu…” desak Sariyem, “sabar sayang… kang juga mau keluar nihhh… ayuuukkk… aaahhh… Naaahhh” lenguh Hendri. demikian juga Sariyem yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung Aton, “aaacchh… emmmhhh… enghhh… kangss…” Keduanya terkapar di kasur dengan deru nafas yang saling berlomba, Sariyem memeluk Hendri, Hendri membelai rambut lurus Sariyem. Mereka saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas mereka berdua, hujan deras di luar. Tetapi di dalam kamar telah terjadi kehangatan yang dahsyat. “Mbak, gimana rasannya dengan gaya kayak barusan tadi?” tanya Hendri memulai pembicaraan. “Sungguh kang, baru kali ini saya merasakannya dan ternyata luar biasa, seperti pengen mengulang terus dan terus” jawab lugu Sariyem. “ha… ha… ha… kayak iklan aja nih…” gelak Hendri. “Kalo kang Hendri udah berapa cewek yang kang Hendri puasin?” selidik Sariyem sembari memainkan puting susu Hendri, “Hemm… berapa ya…” jawab Hendri seolah berpikir, “tau ah… saking banyaknya”. “dasar laki-laki buaya” geram Sariyem sembari mencubit dada Hendri. “Trus… kebanyakan cewek-cewek itu juga puas kang…?” tanya Sariyem sedikit cemburu, “seperti jawabanmu bila kamu di tanya sama orang, pasti jawabannya… Luar Biasaaa…” jawab Hendri geli sembari mencubit mesra hidung Sariyem. “kang Hendri gak punya cewek yang diseriusin ya?” kejar Sariyem lagi, “mana ada yang bisa serius dengan aku… kebanyakan cewek yang deket sama aku juga paling-paling minta dipuasin nafsunya” elak Hendri. “Nakal ya kang Hendri ini…” gemes Sariyem sembari mencubit senjata Hendri. “Ha… ha… ha… memang itu yang mereka inginkan.. kebanyakan mereka nggak kangen sama aku,,, tetapi kangen sama burungku… ha.. ha… ha… canda Hendri sambil terkekeh renyah. “tapi suatu saat nanti… pasti lah aku cari pendamping yang setia… mungkin seperti kamu mbak… selain manis, putih, pintar memijit dan piawai dibidang jepit-menjepit…” aku Hendri sembari memeluk dan mengelitik payudara Sariyem. “Gombal…” jawab Sariyem sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan kelitikan Hendri yang sengaja menyenggol payudaranya. “kang… aku ke kamar mandi dulu ya, lengket rasa sekujur tubuh nih… pinjam handuknya boleh kang? tanya Sariyem sembari bangkit menuju kamar mandi, “Tuh di depan kamar mandi… handukku warna merah” jawab Hendri. Memang diakui Hendri bahwa jamu ramuan mbak Sariyem memang terbukti khasiatnya, Hendri merasa cairan yang dikeluarkannya begitu banyak dan kental, serta pegal-pegal di badannya seketika hilang tak dirasa. Entah membayangkan sensasi apa yang ada dalam tubuh Sariyem, Hendri merasa senjatanya bangkit berdiri kembali, gila nih jamu… dah minta jatah lagi adik gua. Hendri bangkit dari tidurannya dihampirinya Sariyem yang sedang berada di kamar mandi, “lho… kok gak ditutup pintunya mbak?” tanya Aton geli dan melihat Sariyem sedang jongkok mengguyur air di sekujur tubuh mulusnya. “Katanya gak ada orang… makanya gak aku tutup pintunya, lho… kok sudah mengacung lagi kang senjatanya?” goda Sariyem sembari melihat kemaluan Hendri yang tegak berdiri. “Iya nih… tanggung jawab lho mbak… gara-gara jamunya nih… adikku minta jatah lagi” protes Hendri. “Aduh kacian… sini-sini mbak angetin…” bujuk Sariyem sembari meraih kemaluan Hendri dan segera dikulumnya. “Ahhh… sssttt… enak mbak” lenguh Hendri sembari mengelus rambut Sariyem, slruuup… slruup… ck..ck..ck.. bunyi mulut Sariyem terganjal kemaluan Hendri. Cerita 18 Tahun Keatas Cerita Sex Cerita Dewasa Cerita Mesum Hot Story Cerita Ngentot Artikel Porno Setelah beberapa saat dirasa cukup oleh Hendri, dipegangnya pundak Sariyem, dibimbingnya Sariyem untuk berdiri, kemudian diputarnya tubuh Sariyem membelakanginya, dengan tubuh basah Sariyem, Hendri memeluk Sariyem dari belakang. Dicumbunya leher wanita itu dan dijilatnya rambut kalong Sariyem, sementara kedua tangannya menyusup dari bawah ketiak Sariyem dan menuju kedua bukit kembar Sariyem. Sariyem merasa tersanjung, diangkatnya kedua tangannya dan dipegangnya kepala Hendri sembari melenguh kegelian “kangss… ennaaakk… ssshhh… geliii kangss…” Puting susu Sariyem mengencang, mengeras disela jemari Hendri. Dia memang lelaki hebat yang bisa memanjakan wanita kagum hati Sariyem serasa melambung ke langit ke tujuh belas… “Mbak… coba membungkuk sedikit… pegangan di bibir bak mandi… kakinya direnggangkan sedikit ya sayang” pinta Hendri yang dituruti Sariyem dengan sedikit bingung. Kemudian Hendri jongkok di belakang Sariyem, kedua tangan Hendri meraba pantat Sariyem dan membelahnya layaknya membelah durian tetapi perlahan dengan perasaan. Kemudian Sariyem menjerit kecil, setelah dirasa ada benda basah tetapi hangat menyentuh lubang duburnya, ditengoknya kebelakang, ternyata Hendri sedang bermain lidah di lubang duburnya. Sariyem kaget, tetapi menikmati sensasi lain yang tak kalah luar biasanya, Sariyem merasa geli yang tidak tertahan tetapi nikmat, dengan tidak sengaja Sariyem menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan karena kegelian. Ceplak… cepluk… bunyi lidah Hendri menjilati lubang dubur Sariyem yang diselingi turun ke arah lubang kenikmatan Sariyem yang sudah terlanjur banjir. Tanpa di sadari Hendri, tangan kanan Sariyem berpindah ke selangkangannya sendiri, dipijitnya klitoris Sariyem sendiri. “kangss… enaakk… kangss… emmmhhh… ” erang Sariyem sembari menggigit bibir. Kemudian Hendri bangkit berdiri, diciumnya bibir Sariyem dari samping sembari berkata “Enak mbak… emmmhhh…”, “Enaakkk kangss… jawab Sariyem malas. Kemudian Hendri kembali ke belakang Sariyem, Perlahan tapi pasti dikangukkannya kemaluan Hendri ke lobang kenikmatan Sariyem. “Ssshhh… kangss… yang dalaaamm yahhh…” rintih Sariyem kangih dengan posisi setengah terbungkuk. Plok… plok… plok… bunyi suara maju mundur Hendri memompa yang mengenai pantat Sariyem membuat suasana menjadi semakin panas., sekarang dengan bercampurnya lend*r kenikmatan Sariyem dan air dari bak mandi, dirasa Hendri tidak begitu sulit seperti tadi di kamar tidur. Hujan di luar kosan kangih deras… sehingga erangan Sariyem tidak begitu terdengar, kalah dengan derasnya hujan yang turun di atas kamar mandi yg tertutup seng. Irama jatuhnya hujan di atas seng, teriakan nikmat Sariyem semakin menambah irama Hendri dalam memacu tusukan senjatanya pada lubang kenikmatan Sariyem, Sariyem semakin liar bergoyang, ke kiri ke kanan, ke atas bawah, kadang membuat gerakan memutar seolah memeras kejantanan Hendri. Mbak Jamu Sexy Sariyem Pembangkit Nafsu “kangss… Sariyemhh nyampeee lagiii kangss… ssshhh… aaahhh” lenguh Sariyem mencapai klimaksnya. Hendri menarik erat pinggul Sariyem, didorongkannya kemaluan Hendri ke dasar lubang Sariyem semakin dalam sembari ditahan di dalamnya sembari dirasakan beberapa kedutan liang kenikmatan Sariyem yang berkontrasi meluapkan gairah orgasmenya, benar-benar empot ayam nih cewek… sorak hati Hendri, Sariyem KO keempat kalinya. Dicabutnya batang kemaluan Hendri, dan sekarang posisi bergantian. Hendri duduk di tepi bak mandi, sementara Sariyem jongkok di hadapan Hendri. Kemudian Sariyem mekangukkan kemaluan Hendri ke dalam mulutnya, mengulumnya dan memaju-mundurkan batang kemaluan Hendri. Sariyem marasa kondisi Hendri tak lama lagi mendekati klimaks, Sariyem mau memberi service dengan tetap mengulum kemaluan Hendri serta membiarkan Hendri mengeluarkan orgasmenya didalam mulutnya, dan “achhh… ssstttt… mmmbaaakhh… aagghhh… aku keluaaarrr…” dengus Hendri mencapai puncak, sembari memegang kepala Sariyem serta mengacak-acak rambutnya, senjata Hendri tetap di dalam mulut Sariyem, hingga tetes mani terakhir dan langsung ditelannya. Sensasi luar biasa dirasakan Hendri sembari melihat bagaimana Sariyem mengulum penisnya seperti seorang anak kecil mendapat sepotong es krim kesukaannya. Setelah beberapa saat, di sela nafas yang muali teratur, Hendri bertanya kepada Sariyem “Enak mbak…?”, “he-eh… asin tapi gurih kang…” senyum Sariyem puas sembari membersihkan sisa sisa lend*r dengan lidahnya di sekitar batang kemaluan Hendri dan menelannya. “Baru ini pula aku merasakan sperma laki-laki, ternyata gurih ya kang ya…” pengakuan Sariyem sembari terus mengelus dan memijit batang kemaluan Hendri. Setelah selesai keduanya membasahkan tubuh kanging, saling menggosok, meraba dan membersihkan cairan sabunnya. Keluar dari kamar mandi, Sariyem menuju meja rias di dalam kamar Hendri, sementara Hendri berjalan ke dapur guna mekangak air untuk membuat teh manis hangat. Sesekali diliriknya Sariyem dari dapur ke dalam kamar, Sariyem duduk membelakangi Hendri sembari mengeringkan rambut dengan handuk tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Melihat pemandangan itu, Hendri terpana dari tempatnya membuat teh, gila perfect banget tuh body batin hatinya, orang gak akan nyangka bahwa tukang jamu memiliki body yang aduhai, apalagi barangnya… bisa memijit pula… mungkin karena setiap hari berjalan dan membawa beban di punggung, yang tanpa disadari sudah merupakan olah raga sex… kangih dalam pikiran Hendri melihat pemandangan Sariyem dari belakang. “Mbak… nih teh hangatnya… aku cuman bikin satu buat kita berdua ya… biar tambah mesra… bukannya pelit lho” canda Hendri sembari membawa teh hangat yang diletakkan di atas meja rias. Hendri meraih kursi dan duduk di sebelah meja rias yang sedang dipakai Sariyem untuk mengeringkan rambut, dipandanginya Sariyem dari sisinya duduk. “Ah… kang… kok ngeliatin Sariyem terus sih… Sariyem kan malu…” celoteh Sariyem manja sembari mencubit pipi Hendri. Hendri hanya tersenyum dan mendekati bibir wanita itu serta mengecupnya dengan mesra. Ketika Sariyem menyisir rambutnya, otomatis siku tangannya terangkat ke atas dan memperlihatkan ketiak Sariyem yang ditumbuhi bulu tetapi tidak lebat sehingga tidak memberi kesan jorok. Hendri meraih ketiak Sariyem, dielusnya bulu-bulunya, “gak pernah dicukur ya mbak”. “Mana sempet kang… gak ada waktu ngurusin diri” bela Sariyem. Hendri kembali memperhatikan Sariyem menyisir rambutnya, begitu pandangan Hendri ke bawah, dilihatnya payudara Indah bergoyang ke kiri kanan, menambah pemandangan menjadi panas kembali. “Mbak… adikku bangkit lagi nih…” bisik Hendri sembari memberi kode liwat tatapannya ke arah kemaluannya. “Ihhhh… tuh kan… baru percaya sama ramuan jamuku…” gekang Sariyem sembari mencubit dan mengelus kemaluan Hendri. “Gimana kalo mau minta jatah lagi” harap Hendri, “Aduh… khan udah mandi kang, lagian aku capek banget nih sampe berasa copot semua tulangku kang” elak Sariyem. Tetapi Sariyem bangkit dan berjongkok di depan Hendri, “Ya deh… ini tanggung jawabku… aku kulum lagi aja ya kang… kasian klo gak bisa tersalur” jawab Sariyem memberi solusi. Hendri hanya tersenyum sembari melihat lagi Sariyem mengulum kemaluannya, dielusnya rambut Sariyem. Sariyem memang cepat bisa, sedotannya membuat Hendri tidak dapat bertahan lama, dan memang ini yang dimaui Hendri, karena ia berpikir bila hanya dia yang bermain tidaklah terlalu nyaman. “Mbak… achhh…” jerit Hendri mengiringi orgasmenya kali ini yang seperti tadi langsung ditelan habis Sariyem. “Kok cepet keluarnya sekarang kang?” tanya Sariyem tersenyum. “Sengaja, habis klo main sendiri gak enak lah rasanya, makanya aku kosentrasi supaya cepet keluar” bela Hendri. “He… he… he… khan kangih ada besok lagi kang…” kata Sariyem sembari membersihkan kemaluan Hendri dengan tisu yang berada di atas meja tersebut, sembari mencium mesra pipi Hendri. “Udah… tidur sini aja mbak, aku kelonin deh” rayu Hendri melihat Sariyem mulai memakai bra kain dan kebayanya setelah dia membersihkan diri di kamar mandi sekali lagi. “Endak ah kang… gak enak sama teman kos saya” jawab Sariyem mengelak ajakan Hendri. “Tapi besok… kalo saya kangen sama kang.. boleh ya saya main ke sini…” pinta Sariyem memelas, “Oke aja… kalo pas saya ada di kosan, biasanya sih suka keluyuran” jawab Hendri seenaknya. “Sekarang saya tinggalin lagi jamunya ya kang, siapa tau ada yang butuh kehangatan kang Hendri lagi he… he… he…” canda Sariyem setelah dia selesai memakai semua pakaiannya sembari mengangkat bakul berisi jamunya. “Berapa semuanya mbak…?” tanya Hendri sembari membuka dompet untuk membayarnya. “Sudah kang… saya kasih gratis… soalnya saya sudah dapat kepuasan yang selama ini gak saya dapetin” tolak Sariyem halus, “Yang bener nih mbak… mosok dah disuruh ngerokin sama ngelonin… kok gak mau di kasih uang sih?” protes Hendri. “Alaaahh… saya tau kHendrig Mahasiswa… paling juga recehan doang isinya… ha… becanda lho kang… serius kok kang… aku yang terima kasih… kang Hendri bisa mengerti perasaan wanita, salam aja ya kang buat temen kencan kang yang lain” goda Sariyem sembari pamitan keluar kamar. “Eh… sebentar mbak!” seru Hendri setelah memakai kain sarungnya kembali, Sariyem berhenti, kemudian Hendri mendekati Sariyem memeluk wanita itu dan memberi kecupan lembut di bibir Sariyem sembari menyelipkan sejumlah uang ke dalam bra Sariyem dan berkata “Sekali ini jangan menolak ya mbak… saya bersalah jika tidak memberi ini mohon jangan anggap sebagai imbalan jasa… tetapi rasa sayang saya dan sebagai rasa terima kasih buat embak”. Sariyem terpaku dan menatap Hendri, tak dinyananya bahwa lelaki ini selain ganteng, pemberi kepuasan dan baik hati terhadap wanita, ah… seandainya…. Sariyem tidak mampu melanjutkan impiannya yang dianggap mustahil bagi dirinya, tak terasa menetes air mata harunya. Hendri mengusap air mata Sariyem dan mengecup kening Sariyem, “Sudah ya sayang… gak usah nangis… semoga besok kita bisa lebih panas lagi” goda Hendri menghibur Sariyem. “Ma kasih ya kang” pamit Sariyem meninggalkan kos-kosan Hendri. Hendri terpaku melepas kepergian Sariyem, hujan baru saja berhenti, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, gila dari jam lima sore tadi kita berdua main bathin Hendri. Tetapi Hendri merasa klo tubuhnya dalam kondisi puncak, dahsyat sekali ramuan mbak jamu tadi ya pikir Hendri, besok kalau bertemu, aku akan minta lagi ah, pikir Hendri sembari menutup pintu kos-kosan dan kembali ke kamarnya untuk tidur. Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas saya. Pada saat itu saya sedang duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar tidak seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil topi bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani dan menggendong sebuat bakul yang berisi botol-botol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih. mungkin karena saya lama memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras.“jamunya tuan…..”kemudian dia membuka capilnya. terlihat seorang wanita yang kira-kira berumur 28 tahun. mukanya cantik sekali, putih mulus dan tak satupun jerawat hinggap di wajah cantiknya.“jamunya ada apa aja mbok”“ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot-cekot, asam urat dst. macam-macam sampai pusing mendengarkanya”“waduh maaf mbok, saya nggak sakit”“oh… kalau begitu minum jamu ini aja mas, ini buat sehari-hari supaya tetap sehat”“ya udah deh mbok, yang itu aja…”kemudian dia mengeluarkan sebuah gelas kaca dan mulai tanganya mengambil bermacam-macam botol dan menuangakanya ke gelas itu seperti bartender. Saya diam diam meliahatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. rambutnya yang hitam panjang dan lurus menghiasi wajahnya yang bersih itu. dan terlihat badannya sangat sintal dan langsing singset dan kaki putihnya yang tidak ditumbuhi bulu-bulu. Terlihat dia sangat merawat dirinya. mungkin dirinya rajin minum jamunya itu. dari atas melihat gundukan payudaranya dibalik bajunya. terlihat payudaranya yang SANGAT BESAR dan kencang itu. rupanya dia tidak menggunakan BH. tapi tetap saya kesulitan melihat putingnya karena bajunya ketat. tapi putingnya pun tidak terlihat karena bajunya tebal“ini mas jamunya”“triam kasih”kemudian saya minum jamunya sedikit demi sedikit sambil melihat wajahnya yang cantik itu sambil berbincang-bincang “waduh mbok, jamunya enak banget”“trima kasih mas…”“andi, nama saya andi. nama mbok siapa”“nama saya Sumirah”“panggilanya siapa mbok sumirah?”“terserah mas”“kalo manggilnya mbok mirah boleh nggak?”“boleh mas, tapi jangan panggil saya mbok, saya kan belum nenek-nenektertawa kecil”“iya mirah kamu masih muda, cantik lagi”“ah mas bisa aja deh”“pasti suami kamu pasti senang sama kamu” ucapan ini tersirat untuk menanyakan statusnya karena biasanya disini orang kawin pada umur 20 tahunan“saya belum kawin mas”“ohh begitu toh”“ngomong-ngomong mirah sudah jualan jamu sejak kapan?”“sudah 7 tahun”“ohh gitu toh mbak, oh ini mbak sudah habis”kemudian saya memberikan gelas kepadanya“3000 mas”kemudian saya berdiri dan mengambil dompet saya di kantong dan mengambil selembar 5000 an“ini mbak”kemudian saya menyenggol tanganya. halus sekali.“ini mas kembalianya” kemudian saya menyenggol tanganya kembalikemudian dia pergi dan menjajakan ketempat keesokan harinya saya ingin bertemu dia lagi sehingga saya kembali menunggu di teras rumah di pagi hari. cukup lama saya menuggunya sekitar setengah jam. tapi ujung hidungnya belum tampak juga. kemudian saya masuk kerumah. kemudian sekitar 3 jam kemudian terdengar sebuah ketukan di pintu depan. kemudian saya buka pintunya dan ternyata yang datang rupanya si mirah.“mas andi, jamunya lagi nggak?”“wahh… dari tadi sudah saya tunggu-tunggu kok nggak datang”“iya mass tadi saya lagi nganter anak saya ke sekolahan”kemudian saya bingung, “belum kawin kok punya anak sih?” gumamkukemudian saya ajak ke dalam rumah saya“ayo mbak masuk aja”“trima kasih mas”kemudian dia langsung masuk kerumah saya dan melepaskan sendal kumalnya di depan“eh mirah jangan dibuka sendalnya!”“nggak papa mas nanti ngotorin lantai mas aja”kemudian dia masuk kerumah dan duduk beralas ubin“em mirah kok duduk disitu sih”“kan kebiasaan saya begini mas, masa tukang jamu duduk di kursi, kan nggak sopan?”“ini kan di ruang tamu jadi nggak apa-apa ayo duduk”kemudian dia duduk di sofa.“nah gitu dong nanti kalo duduk di lantai masuk angin lo…”“iya mas”“oh ya mirah, kemarin minumanya bikin saya sehat dan bertenaga”“maksih mas, mas mau minum itu lagi?”“iya mirah”kemudian dia mulai meramu minumannya. tapi perbincangan kami membuatnya berhenti sebentar-sebentar“mirah, biasanya yang laku itu jamu apa?”“oh, biasanya jamu buat perempuan sama jamu kuat mas”“jamu buat perempuan itu apa aja?”“jamu pembesar dan pengencang payudara dan pantat, kulit putih dan mulus & jamu rapet mas. biasanya pagi-pagi saja sudah laku mas”rupanya menedengar begini saya penis saya sudah berdiri separo“oh gitu toh, pantesan yang punya cantik sekali”“ah mas bisa aja deh” katanya tersipu malu“abis itu tetek kamu juga besar, pasti sering minum jamunya ya”“ah mas ngga enak loh didengar orang”“tenang mbak santai saja di sini cuman kita berdua, tapi yang tadi beneran lo mbak”“oh itu gara-gara saya harus minum tiap hari”“kok harus?”“iya karena kalau rasanya beda berarti racikanya beda mas jadi hasilnya juga beda mas”“oh gitu toh, ngomong-ngomong tadi mbak ini janda ya?”“nggak mas”“ngangkat anak angkat?”“nggak mas, kok pertanyaannya seperti itu sih?”“anu mbak saya bingung kok katanya nganter anaknya tapi belum nikah”kemudian dia menumpahkan air jamunya ke lantai“maaf mas nggak sengaja”“enggak saya yang minta maaf saya lancang, saya mau ngambil pel dulu”kemudian saya mengambil pel lantai di sudut ruang dan membawanya ke ruang tamu“udah mas saya aja ngelap”sebetulnya saya ogah-ogahan jadi langsung memberi pelnya ke mirah“ini mirah”kemudian dia langsung menjongkok di hadapan saya dan mengelap. ini adalah kesempatan emas melihat payudaranya. maju mundur maju mundur terlihat bukitnya bergoyang dengan indah tapi tetap putingnya tidak kelihatan tapi melihat separuh dadanya sudah cukup setelah itu dia kembali meramu jamunya“sebetulnya begini mas, kisahnya memalukan mas… saya pacaran di desa terus main gituan sama dia, tapi dia melarikan diri”“waduh maaf mirah kalau begitu”“udah mas nggak papa, semuanya sudah terjadi nggak bisa kembali, lagipula ini juga salah saya, ini mas jamunya”“ya makasih”kemudian saya mengambil gelas penuh jamu itu dari tanganya“saya jadi kepikiran mas”“udah mas, itu kan masa lalu”kemudian saya meneguk jamunya kembali“mas emang udah pernah main gituan ya?”“ya, emang kenapa?”“nggak mas emang nggak takut hamil”, rupanya gadis ini gapsek gagap seksual“mas kan punya ilmu biar nggak hamil”“ah mas bisa aja deh…”“betulan, mas nggak bohong”“trus kesakitan nggak mas?”“enggak, malah mau lagi”“ah mas bohong ah”“iya betulan”“mas keliatan bohongnya, buktinya dulu saya begituan sakit”“emang sama mantan pacar kamu diapain?”“dulu pacarku pernah remas-remas itu saya, sakit mas, terus dia nunjukin itunya, saya ngeri mas ada bulunya kriwil-kriwil hiii”saya tertawa mendengar ini“terus gimana mbak?”“dia masukin itunya ke ini saya mas, perih banget mas trus pas dikeluarin ada darahnya mas, trus saya juga pernah ngeliat orang begituan mas di mobil, pas dicium dileher, perempuanya mangap-mangap mas, trus lehernya merah jadi takut padahal ibu-ibu yang beli jamu suka ngobrol katanya sama suaminya begituan senang banget”“itu tandanya perempuanya keenakan rah , terus yang dikatain ibu-ibu itu bener rah”“tapi kok saya sakit, apa saya kelainan mas?”“nggak, kamu nggak kelainan, pacar kamu yang kelainan, mas bisa buktiin kalo begituan itu enak”“nggak ah mas, nanti anak saya jadi dua deh, susah mas”“lho… kan tadi mas sudah bilang, mas kan punya ilmu biar nggak hamil”“bukan ilmu hitam kan mas?”“iya dong, gimana, mau nggak?”“nggak mas, trima kasih nawarin”“eh mirah, mas nggak nawarin dua kali lho, mas janji kamu nggak hamil dan nggak sakit seperti yang kamu lakuin sama pacar kamu”“gimana ya mas”“udah bilang ya aja susah banget, mas bikin kamu keenakan bahkan mau lagi”“tapi mas janji ya, kalo nggak mas saya laporin ke polisi lo mas”“iya”kemudian dia mengangguk-angguk kecil. berarti sudah ada lampu hijau buat saya. kemudian saya mendekatinya dengan duduk di sampingnya. saya berusaha mendekatinya. tapi iya bergeser menjauhiku terus-menerus, tapi akhirnya dia dipojok juga.“rah, kalo kamu minggir terus, kamu nggak dapat enaknya nanti”“saya ndredeg deg-degan mas”“kalo gitu kamu merem ya”kemudian dia merem. saya mendekatakan bibir saya ke mulutnya. kemudian saya mencium bibit merekahnya itu kemudian setelah itu saya melepaskan bibir saya“gimana rah?”“enak mas”“ini ada yang lebih enak, caranya nanti mulut kamu kebuka terus lidah kita ketemu”“ih mas jijik”“kamu kan belum rasain, kamu coba dulu, pas ti ketagihan”kemudian dia membuka mulutnya. kemudian saya memiringkan kepala saya dan mendekatakan kepala saya dan kami melakukan french kiss. “hmpphh…hmpph…” katanya yang membuatku bergelora. rupanya tanganya mendorong keras punggungku seakan-akan tidak ingin melepaskanku. kemudian terasa juga payudaranya dan putingnya di dadaku. konstan penisku naik dan sudah menempel di pinggangnya di balik bajuku. tanganku juga dipunggungnya juga merayap-rayap dan tangan saya surun ke bokongya yang bulat puas dengan bibir sensualnya itu, saya naik ke kupingnya. kupingnya saya gigit-gigit kecil dan lidah saya dengan nakalnya saya masukan kelubang telinganya. tercium aroma samponya.“mas, geliii mas uhh sshhh ahhh”cukup lama saya bermain dengan kupingnya kemudian saya turun ke lehernya dan menggigit kecil lehernya“hmmpph ahh…uhh…”desahanya berulang kali dan makin lama makin keras. tangan saya yang tadi di pantatnya sekarang sedang membuka kancing bajunya.“sshhh mas apa-apaan nih ahh uhhh jangan mas ochhh”tetapi saya terus melanjutkannya sambil menggigit-gigit kecil lehernya. kemudian setelah membuka kacaningnya. FANTASTIS! tertampanglah sebuah sepasang buah dada sempurna!, tidak menggantung, bulat,besar montok seperti buah semangka yang sudah siap untuk dipanen. lebih besar dari punyanya paini. kemudian saya turun di dadanya dan membenamkan muka saya diantara dua bola basket itu dan kedua tangan saya memegan dua payudara itudan menjepitkan muka saya. ohh enaknya, muka saya seperti dipijit-pijit. kemudian setelah itu saya mulai meremas-remas payudaranya“ochhh… mass geli aduh ahhh…” katanya bertubi-tubi. kemudian saya mulai mengemut payudara kananya dan tangan kiriku melemas gunung satunya. saya mulai menggigit putingnya yang sudah menegeras dan menyedot payudaranya dengan kekuatan vacum cleaner “mas ngilu ahh… enak… terus mas ouch ouch” desahanya sambil menggelinjang tak karuan. setelah cukup lama kemudian saya berpindah kepayudara kirinya dan sekarang tangan kanan saya mulai meremas payudara kanannya yang bahsah terkena air liuruku. bedanya di payudara kiri terasa lebih keras dari pada yang kanan. saya pun bersemangat. kemudian setelah itu kedua tangan saya turun lagi dan menurunkan resletingnya di belakang. kemudian setelah itu saya melepaskan kancingnya dan terlihatlah sebuah pemandangan yang nggak kalah serunya sama bukitnya. Terlihat pahanya mulus tak berbulu dan saya mulai mengelus-elus kedua tangan saya di pahanya. rupanya dia kegelian “mas geli mas uhh” katanya sambil bergoyang. setelah itu saya menurunkan celana dalamnya yang berwarna merah muda dan ada simbol talinya berwarna merah yang terlihat sudah basah di depannya.“mas jangan mas”tapi tidak saya hirau kan perkataanya dan saya turunkan CD-nya dan tertampaklah sebuah vagina yang sudah basah dan menggembung dan pink merekah serta dihiasi asesoris bulunya yang tipis dan haitam itu dan setelah itu hidungku saya benamkan di lubanganya itu“eh mass mau diapain ahhh mas geli mass uhh… ouch… ouch…” dan saya gesekan ke atas dan ke kiri. setelah itu, giliran lidah saya yang beraksi. saya memasukan lidah saya dan menggerayapi vaginanya. dia berdesah lebih keras lagi “mas ach..ach terus mas” katanya sambil menjambakku. kemudian akhirnya saya menemukan klitorisnya. desahan nya lebih keras lagi. “mas terus mas jangan stop mas terus ahhhhh ahhhhh”. kemudian setelah beberapa menit, “mas mau keluar mas” kemudian setelah berselang beberapa detik dia memuncratkan cairanya ke muka saya“mas maaf nggak sengaja”“nggak papa kok”kemudian saya yang saat itu masih berpakaian lengkap saya buka sampai telanjang bulat. rupanya ia ngeri punya saya yang dihiasi bulu bulu hitam“mas saya takut mas…”“udah, nggak papa kok, sekarang kamu emut konthol saya”“di emut mas?”“iya diemut”“enggak mau mas”“lho kan tadi saya emut itu kamu masa kok saya yang diemut kok nggak mau”“jorok mas, kan itu buat pipis”“tenang rah, saya kalo cebok selalu pake sabun, terus jembutnya saya sampoin kok, tenang aja rah”kemudian dia mulai mendekatakan mulutnya dan dia masih taku“ayo rah, pegang punya saya”“iya mas”tetapi tanganya hanya di keatas kan, tapi tidak menyentuhnya, karena tidak sabar, saya menggapai tanganya dan langung mendekatkan tanganya ke penisku dan saya tuntun tanganya untuk mengocok penis saya. kemudian kepalanya saya pegang dan saya dekatkan ke penis saya. enak sekali rasanya, meskipun awalnya rada sakit kena giginya tapi kemudian teratur, begini rasanya dikocokin sama orang yang biasa megang botol jamu jadi kocokanya lebih enak dan nyaman seperti pengocok profesional, maju mundur maju mundur gerakanya sangat sempurna. “ahh mairah terus, kamu pintar ahh terus mirah uhhhh” saking enaknya. dan beberapa menit kemudian “mairah saya ingin keluar dan akhirnya “crruuut” saya mengeluarkan mani saya dimulutnya kerena lupa memberitahukannya.“mas kok di mulut saya sih mas?, kan jijik tauk…” katahnya sambil membuang mani di mulutnya“udah di telen aja”“mas jangan sembarangan dong, masa ditelen?”“kamu tau nggak, itu isinya protein semua, bahkan khasiatnya bisa ngalahin jamu kamu”“ah mas kerjaanya bohong”“mas nggak bohong, betulan kok”“kalo tau gitukan nggak saya buang mas, kalo gitu sekali-sekali dimasukin botol aja mas biar buat campuran jamu saya”aneh-aneh saja mirah ini“mirah tolong bikinin jamu penambah tenaga biar mas kuat”“iya mas”, kemudian dia mulai mengeluaran gelas dan mulai meramu lagi. saya pun tidak tinggal diam. saya duduk dibelakangnya dan kedua tangan saya memilin-milin putingnya“mas, nanti tumpah loo”tapi tidak saya hiraukan malah saya sambil cium tengkuknya“mas geli mas mau tumpah lo mas”kemudian setelah itu jamunya jadi saya suruh mirah memasukannya ke mulutnya tapi tidak ditelan kemudian setelah itu saya suruh berbalik badan dan kemudian kami french kiss lagi dan mentransfer airjamunya ke mulut saya. setelah jamunya habis saya telan, saya meremas payudaranya. efeknya jamunya dahsyat, setelah beberapa detik meminumnya, badan saya terasa panas dan penis saya berdiri lagi, urat-uratnya terlihat lebih menonjol dibanding sebelumnya kemudian setelah itu saya suruh mirah untuk tiduran“mirah, kamu siap ya”“iya mas. tapi janji beri saya kenikmatan tapi jangan beri saya anak ya mas”“iya”kemudian pertama kali saya menggesek-gesekan terlebih dahulu penis saya ke sekitar lubangnya“mas enak mas udah mass masukin saja mass ahhhhh”kemudian saya mulai memasukin liang surgawinya yang sangat kecil itu, bayangkan, saya meniduri seorang wanita yang meminum jamu rapet selama bertahun-tahun padahal tidak pernah behubungan. pasti sangat kecil sekali dan mengalahkan lubang orang perawan. tadi saja hampir tidak terlihat dibalik jembutnya. sehinggga saya juga sedikit kesusahan karena terlau sempit tapi perlahan lahan saya akhirnya berhasil memasukan seperempat dan perlahan-lan akhirnya penuh juga. setelah ful baru saya oper ke gigi 6. dengan gaya konvensional, saya mulai menjalankan kontak sexual. “ah ah ah uh mas och ouc yess ochhhh ahhhh terus mas ahhh” desahanya yang mengundang birahi siapapun yang mendengarkanya. enak sekali dijepit dengan vagina super sempit ini. enak sekali rasanya ahhh. melihat payudaranya yang juga bergerak. menambah semangatku untuk memuaskanya, setelah sepuluh menit, saya minta kepada mirah untuk berposisi doggy style. enak sekali, ini adalah posisi paling enak dengan bakul jamu ini, tak lupa saya meremas pantatnya yang semok itu dan sesekali memukulnya, dan tak lupa juga saya memegang rambutnya dan menariknya seperti naik kuda “yes yess ah ah ah enak terus mirah” genjotanya RUARR BIASA pijatanya yang memijat penisku enak sekali dan beberapa menit kemudian si mirah akhirnya orgasme juga. setelah itu saya capek menggoyangkan pingang saya saya suruh mirah sekarang untuk posisi woman on top. sambil tiduran yang mirah diatas saya sambil bergerak keatas-kebawah tangan saya meremas payudaranya yang extra besar dan extra empuk. beberapa menit kemudian saya ingat janji saya pada mirah, saya yang juga ingin keluar langsung melepaskan penis saya dan melepaskan mani saya di lantai. kami berdua mengehentikan permainan ini karena permainan kami cukup lama 40 menit gara-gara pengaruh jamu kuatnya mirah bahkan mirah orgasme 3kali.“gimana mirah, enak kan?”“iya mas, betul kata mas”“lain kali kalo kamu mau kamu tinggal ke rumah saya kalo sedang liburan kesini”“iya mas, terima makasih ya mas”“iya”Kemudian kami saling bericiuman.“mas, saya hampir lupa, jamu sehat sama jamu kuat jadinya 7000 mas” masih aja ingat jamunya“ini mirah kamu saya kasih bonus jadi 50 ribu” disini uang dua puluh ribu saja sudah dibilang banyakSetelah ini kami sering kontak fisik dengan mirah baik dirumahnya apabila anaknya kesekolah maupun dirumah saya dan tidak lupa saya kasih uang kadang-kadang buat bayar sekolahan anaknya. Sekian Jenis Cerita Kisah Nyata Pengalaman Orang Nama Narasumber DT Tgl/Bln/Thn Kejadian 11 April 2011 Jam Perkiraan Sekitar jam 1 atau 2 siang Cerita bermula saat ibu Zubaidah bukan nama asli seorang janda 2 anak, penjual jamu keliling yang lagi mangkal di jalan sepi. saya sering beli jamu sama dia dan ibu zubaida kalau jam 1 – 2an kadang ada disana. Tempat ibu mangkal ini bagian ujung komplek perumahan, kalau jalan terus ke arah depan nya terdapat area perumahan daerah perkampungan dengan jalan masih tanah belum teraspal. tahu kan daerah Bekasi dikomplek perumahan saja sepi apalagi didaerah perkampungannya? Ibu zubaidah duduk dipingir jalan trotoar biasa nunggu pembeli dan ketika dia lihat kedatangan saya yang menaiki motor lalu berhenti tepat sampingnya, ibu zubaidah pun senyum. dia memang ramah kok sempat berapa kali saya ngobrol2 ma dia kalau beli jamu. “Biasa jamu mas?” ucapnya saat aku jalan menghapiri dia “Iya bu” jawabku Dimenit berikutnya kami ngobrol2 sekalian saya lepas lelah juga ah. Ibu zubaidah tanya “Gimana kerjaan?” padaku Dan aku jawab “Ya gitu aja baik bu” Saat ini belum ada tanda nafsu. tapi sampai saya melihat belahan dada ibu zubaidah yang menunduk sedang meracik jamu, baru deh mulai nafsu. ibu zubaidah mengenakan pakaian tukang jamu pada umumnya tradisional dengan belahan dada kelihatan kalau dia nunduk. Seketika kontolku ngaceng perlahan, lalu aku pindah duduk ke motor ku lagi tetapi dengan mesin mati. Ibu zubaidah bangkit dari duduk selesai meracik jamu dan berjalan kearah aku membawa gelas kecil jamu tolak angin. saya yang pura pura begok padahal ngaceng langsung ambil gelas dari tangannnya. Untung saat itu helm sudah ada dipangkuan selangkanganku menutupi kontol yang ngaceng meski resleting belum dibuka. saya perlahan meraba celana dan membuka resleting celana dengan tangan kanan. ditangan kiri saya kini memegang 2 benda, gelas dan helm yang ku rangkul supaya ga jatuh. Supaya tak ketahuan saya perhatikan gerakan ibu zubaidah dari jauh yang kebanyakan menunduk lagi rapi-rapi dagangan atau siapkan bahan tanpa melihatku. Jarak motor aku yang ku duduki dengan ibu zubaida sekarang kira-kira 2-3 meter saja. karena saya nafsu lalu kehilangan akal sehat saya berencana mau tunjukin kontol saya didepan ibu zubaidah dan tanpa pikir panjang lagi gelas berisi jamu tadi aku taruh dengan tangan kiri dibawah motor sedangkan tangan kanan menahan helm. Saya bangkit dari motor, berjalan menuju ibu zubaidah berada lalu berdiri saja menatapnya. tangan kiri saya masih memengang helm tuk menutupi kontol yang ngaceng. Sekarang kira2 ada kali sekitar 1 meter lebih depan dia aku menarik helm kesamping dan aku panggil ibu zubaidah dengan kode “ussh, iisss” atau apa? supaya dia melihat saya dan benar benar ngaceng. Setelah lihat reaksi pertama lihat kontolku ibu zubaidah terkaget tapi ga lari, kabur, dia tetap ditempatnya meski ngedumel! “Ih..kamu….begok siaa” kata ibu zubaidah buang muka ke kiri Dikesempatan ini saya lalu kocok aja kontol saya sambil mendesah nikmat “Ah…..ahhh…..ahhhh….ahhhhh….ohh yeeee enak” desahku panjang dan nikmat! Ibu zubaidah yang lihat aku ngocok kontol malah nunduk seolah membiarkan aku ngocok tanpa sama sekali mau kabur dari duduknya. “Ohhhh….enak bu…ohhhhh enak banget bu…. nikmat bener ini….ohhhhh enak bener” desah ku tak tertahan Saya tanpa memalingkan pandangan sama sekali terus ke arah ibu zubaidah. Ibu zubaidah berkata “jangan gitu dong mas, jorok tahu” dengan posisi sama kepala menunduk. Lalu aku balas dengan desah “Ini enek banget bu….yeeee enak banget bu…..bener enak banget ahhhhhhh……nikmat banget!!!….ohhhh yeee” aku meronta nikmat Tak lama kontol dikocok keluar juga peju putih ke jalanan bawah, “Ahhh…..ahh…ohhh mau keluar…. oh yeee mau keluar…..ini keluarrrrr…..enak…..ahhhhhh keluar buuuuu…… keluar bu…… keluar bu ohhhh” teriak saya nikmat saat peju keluar. Reaksi ibu zubaidah setelah itu bangkit dari duduknya dan dia mempersiapkan bakul jamunya, lalu pergi tinggalin saya tanpa permisi. Selanjutnya saya yang bersihkan kontol pakai tissu membiarkan ibu zubaidah pergi begitu saja. sebelum saya melanjutkan perjalanan kembali dengan motorku, saya yang melihat gelas isi jamu dibawah motor, juga melihat situasi keliling. seperti nya ibu zubaidah sudah pergi jauh. tanpa rasa peduli saya biarkan saja gelas itu disana lalu berjalan lagi. Semenjak kejadian tadi, ketika saya lewat jalan itu saya tak pernah melihat ibu zubaidah lagi…entah dimana dia? bahkan sampai sekarang tahun 2019. yang pasti ibu zubaidah sudah berjasa memberikan kenikmatan bagi kontolku meski sesaat. Sekian, [cerita dari DT]. semoga berkenan ya, terima kasih. Lihat juga di PAIRQIU – Tidak tahu mengapa hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, padahal ini hari minggu. Istriku telah dua hari pulang menjenguk orang tuanya yang sedang sakit dikampung, dan pembantu dirumahku lagi cuti, karena setiap akhir minggu ia pulang ke Bekasi menemui keluarganya, praktis cuma tinggal aku sendiri dirumah. Aku dan isteri belum dikaruniai anak walaupun sudah dua tahun kami menikah. Aku keluar dari kamar dan waktu menunjukkan pukul wah sayang sekali aku bangun terlewat pagi, sedangkan sepanjang minggu aku membayangkan hari minggu supaya bisa tidur siang. Akhirnya aku duduk diteras depan rumah dan membaca koran. Sedang asyik baca koran aku mendengar bunyi bel, aku berdiri untuk melihat siapa yang menekan bel pagi-pagi begini. Aku membuka pintu gerbang dan dihadapanku berdiri seorang wanita berumur kurang lebih 28 tahun dengan rambut digelung asal-asalan tersenyum padaku. Wajah wanita itu cukup manis dengan pipi berisi dan kemerahan, kulit wajahnya halus sekali dan ia memakai sarung serta menggendong bakul jamu, selendang yang mengikat bakul jamunya melintang didadanya dengan ketat sampai menampilkan payudaranya yang terlihat benar-benar amat indah dan menantang, mungkin ukurannya 36, pokoknya aku sungguh terangsang sekali dengan kemontokan tubuh wanita itu, aku melihat ada sedikit keringat didahinya, make up yang dipakainya tipis sehingga yang terlihat adalah wajah alami yang terpelihara. “Ibu ada pak?” Tanya wanita itu. Cepat-cepat aku tersenyum semanis mungkin. “Wah lagi pulang kampung tuh, mbak” Jawabku sembari tersenyum genit. Tukang jamu itu terlihat kecil hati. Memangnya istri saya suka minum jamu? Tanyaku. “Iya dua hari sekali saya diminta kesini oleh ibu” Katanya. “Wah sayang sekali, bagaimana jika saya juga minum, mbak?” Aku sebetulnya nggak pernah minum jamu dan aku tidak tahu jamu apa yang cocok buat laki-laki. Mbak itu tersenyum senang dan segera hendak menurunkan bakulnya, tapi aku buru-buru menahannya. “Masuk saja mbak. Jangan disini, didalam saja ya” Kataku, hatiku mengatakan tindakanku mengarahkan aku kesesuatu. Wanita itu berjalan masuk mengikutiku. Sampai diteras ia lagi-lagi mau menurunkan bakulnya, tapi aku lagi-lagi menyuruhnya masuk kedalam ruang tamu. Saat ia berjalan masuk, kuperhatikan terus bokongnya yang bergoyang-goyang terlingkup kain sarung ketat, aku hingga menelan ludah, bokongnya sunggu indah dan besar, tubuhnya betul-betul sexy. “Saya nggak mau ada orang yang mandang saya minum jamu lho” Kataku saat kutengok ia agak ragu masuk kedalam rumahku. Ia terkikik lalu menuju masuk mengikutiku dan ia langsung meletakkan bakul jamunya, aku mencermati semua gerakannya, oh sungguh aku merasa terangsang sekali. “Memangnya jamu apa yang cocok untuk laki-laki, mbak?” Tanyaku. Mataku nggak lepas dari belahan buah dadanya yang sesekali terlihat dan menampilkan bh warna hitam. Kemaluanku mulai mengeras. “Maunya untuk apa pak?” “Biasanya jamu apa yang diminum laki?” Tanyaku lagi. “Macam-macam pak umumnya sih jamu kuat” Jawabnya, kulihat ia mengeluarkan sapu tangan lalu membersihkan keringat diwajahnya. Sungguh manis wajahnya. “Kuat buat apa sih?” Tanyaku pura-pura. Ia melihat sedikit genit, mulutnya cemberut. “Ah pura-pura aja bapak ini. “Lho sungguh. Aku kan nggak pernah ngejamu, mbak” “Ah bisa aja” Jawabnya, matanya kembali melirik. Aku semakin horny. “Ya terserah mbak aja deh, aku taunya minum” Kataku. Ia kemudian memasukan entah apa aku tak tahu, dicampur-campur… “Mbak biasanya kalau minum jamu minumnya untuk apa?” Tanyaku sembari menerima gelas yang telah berisi jamu. “Ada deh.” menunjukkan hasil nih, pikirku. Sepertinya makin genit nih si mbak.”Kasih tahu doong” Rengekku. Ia mengerling genit lagi sambil memoncongkan mulutnya.”Yaa tanya ibu saja ah” Jawabnya. Aku menjumpai pahit dilidahku dan aku semakin memelankan minumku, aku tidak tahan, mau muntah rasanya. “Saya ingin tahunya dari mbak kok.” “Yaaa jika perempuan ya minum jamu agar seger, awet muda dan macem-macem deh” “Memangnya jamu sari rapet buat apa mbak?” Manteraku mulai keluar. Ia mendesis sambil melotot. “Hussh kok tanya aku?” Tanya ibu lho pak. “Kan pulang kampung.. aku heran, apanya yang rapet jika minum jamu sari rapet, tanya boleh kan?” ucapku makin genit. “Ya itunya yang jadi sempit, bukan rapet lho.” Jawabnya perlahan sekali, ia menunduk, kupandang agak rona merah dipipinya. “Apanya yang sempit mbak?” Kelihatannya ia mulai kesal. “Itunya lho, tempiknya, ah udah ah. Genit amat sich bapak ini” Semburnya dengan mengerling marah. Aku tersenyum lagi. “Tempik itu apa sih?” Godaku lagi. “Nggak tahu ah, sudah belum? kok lama banget minum jamu aja?” “Habis pahit, mbak juga belum jawab pertanyaan saya” “Tempik itu.. memek lho, masak nggak tahu sih? dasar genit bapak ini” Eh tangannya mencubit pahaku. Aku pura-pura kesakitan, tanganku ku ulurkan untuk membalas, ia menjerit kecil sambil cekikikan menghindari tanganku. Lho aku kan cuma nanya kok pahaku dicubit?” “Habis ceriwis sih bapaknya” “Mbak minum sari rapet juga dong?” Tanyaku. “Nggak tahu ah” “Kalau begitu gelas ini nggak akan habis-habis isinya.” “Iya, iya.. aku juga minum. Setiap perempuan minum kok” “Memangnya mbak sudah punya suami?” “Ya sudah dong tapi ada dikampung” “Lho sama dong isteriku ada dikampung juga” Ia diam saja. “Jadi tinggal kita berdua nih. Tapi aku tidak percaya, dengan minum sari rapet, tempik, eh memek bisa rapet lagi” Kataku. Ia tersipu-sipu “Eee…sungguh lho….sudah terbukti dari dulu kok” Jawabnya. “Bohong” “Sungguh, beneran atuh bapak” “Kalo gitu boleh dong aku minta bukti” “Bukti apaan?” Ia kelihatan agak bingung. “Bukti… bahwa memek mbak sempit juga” Aku nekat berkata. Kemaluanku sudah keras sejak tadi. Jantungku juga berdebar-debar menahan gejolak nafsu. “Idiih amit-amit!!” Desisnya lalu ia bangun melemaskan kakinya yang dari tadi jongkok. “Mbak.” “Yaaa.” “Aku naksir nih, boleh tidak aku mohon cium” Aku berbisik pelan. Ia melotot, mulutnya cemberut. “Iih… udah ah genit amat sih” Ia jongkok lagi membereskan barang-barangnya. Kudekatkan wajahku kewajahnya. Ia menaikkan wajahnya dan melihatku dengan tatapan melotot, tapi bibirnya setengah terbuka, seolah-olah menantang keberanianku dan kami sangat dekat sehingga aku bisa mencium bau tubuhnya yang terus terang saja membuat nafsuku makin melonjak. Tanpa pikir panjang kuhampiri mulutnya, kupeluk hingga ia jatuh tertimpah olehku dilantai ruang tamu. Mulutku mencium bibirnya dengan liar, ia bergeliat, tetapi kayaknya rontaan setengah hati. Tanganku meremas payudaranya, betul pula dugaanku, buah dadanya benar-benar kencang dan mantap sekali, kenyal dan besar, wah aku benar-benar tergiur. “Aduh… genit bapak ini. Auuu… nggak mau.. aduh, aku nggak bisa napas” Ia mendesah-desah ditindihku. “Paak… aduh malu ah jangan disini… nanti dilihat orang… aku malu ah…” Kulumat lagi bibirnya yang hangat, kali ini ia membalas dengan lumatan yang liar juga. Lidah kami saling melilit dan lidahnya terasa amat enak, hangat dan begitu buas dalam mulutku, sungguh aku tidak pernah memperkirakan perempuan desa kayaknya dapat berciuman sedemikian panas. Aku tak mau kalah, kujepit lidahnya lalu kuhisap dengan penuh nafsu, lalu lidahku bermain dalam mulutnya, kujelajahi seluruh rongga mulutnya dan napas kami sama-sama memburu kencang, napasnya terasa panas menyembur dan aku juga menyukai wangi napasnya yang halus, kelihatan memang seluruh tukang jamu tahu bagaimana merawat diri dan kesehatannya, Pokoknya kami benar tenggelam dalam gelora nafsu, tanganku menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya dan baju hijau yang dipakainya sudah tak keruan terbuka, tanganku berusaha menyingkapnya dan kuremas buah dadanya serta kucoba keluar dari bh yang amat kencang menutupi bukit kembar itu. Ia mendesah-desah, tangannya seperti hendak menyingkirkan tanganku namun usahanya tidak dengan sepenuh hati, sebelah tangannya meremas-remas rambutku, mengacak-acaknya dengan gemas, air liur kami begitu lama saling bertukar, oh tidak pernah aku merasakan sensasi seperti ini. Akhirnya aku berhasil menarik keluar sebelah buah dadanya dari balik bh yang dikenakan tukang jamu sexy itu. Ia menggumam dalam mulutku. Kuremas payudara kenyal itu, kuraba puting susunya yang rasanya cukup besar, aku mencoba memandang tapi mbak itu begitu erat mendekap kepalaku sehingga mulut kami tidak bisa terlepas, ia menciumku begitu liar dan penuh nafsu, napasnya seperti lokomotif. Aku memaksa mengecup lehernya yang berkeringat, kujilati keringatnya dan terasa asin, aku nggak perduli, kunaikan kedua tangannya lalu ku kecup ketiaknya yang basah oleh keringat pula. Baunya sungguh sedap dan ia mengerang keenakan waktu kugigit ketiaknya dengan lembut. Saat ini aku dapat memandang buah dadanya yang berkulit kuning dan keluar sebelah, pandangan ini menjadikanku makin bergairah, puting susunya berwarna merah tua dan besar, kutekan pelan, ia mengerang, kepalanya naik keatas dan suaranya menjadikanku makin terangsang. “Pak… aaahhh.. ada susunya pak, pencet kerasan lagi… ooohhhh” Ia mendesah. Kupencet lebih keras, benar saja ada cairan kental keputihan perlahan muncul dari puting susunya, lalu ketika keperkeras pencetanku maka cairan itu menyembur pelan dan membasahi tanganku. Langsung kuhisap dan kujilat puting susunya, mbak yang akhirnya kutahu bernama Ningsih itu menolongku meremas buah dadanya, dan kupandang ia pandai sekali memproduksi susunya agar aku bisa menikmati cairan itu, tangannya mengurut payudaranya dengan keras dan memencetnya sehingga cairan susu menyembur keras masuk dalam mulutku, tidak ada rasa ataupun bau, kusedot-sedot putingnya seperti bayi. SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA – PAIRQIU – POKER ONLINE Â DOMINO KIU KIU BANDAR POKER ADU KIU BANDAR KIU CAPSA SUSUN BANDAR SAKONG – MINIMAL DEPOSIT RP “Uughhh… jangan terlalu kasar pak, sakit.. uuughhhh..” Aku memperlambat hisapku. Tanganku sibuk membuka kancing baju yang tersisa sehingga Ningsih cuma memakai kutang dan sarung saja. Bh hitamnya terangkat sebelah keatas dan kontolku sampai sakit karena kerasnya ketika melihat pemandangan didepanku. Tubuh Ningsih sangat mulus, kuning langsat meskipun baru bagian atasnya saja yang terlihat. “Paaakk.. kentu yuk.. tapi jangan disini, malu pak.. aakkhhh” Ia merengeh, suaranya serak. “Dikamarku aja” Bisikku. Kuajak ia masuk dalam kamarku, sebelumnya kukunci pintu depan. Tubuhnya betul-betul padat dan kenyal. Kulepaskan bhnya sehingga ia sekarang hanya memakai sarung saja, aku terbengong melihat buah dadanya yang begitu sempurna dan besar, puting susunya sungguh kontras dengan warna kulitnya. Kulepaskan semua pakaianku hingga telanjang bulat dan ia menjerit kecil memandang kontolku yang berdiri dengan tegak penuh urat menonjol, tangannya menutupi mulutnya. “Auu serem!” Jeritnya. Kudekati Ningsih dan ia beringsut mundur menggodaku. Aku menerkam dengan kekuatan penuh, kembali ia menjerit sambil memelukku, kami bergumul lagi, kali ini ia menciumi dadaku dengan penuh nafsu. “Kontolnya kok kecil sih pak” Bisiknya. “Sialan.. Jangan lihat kecilnya mbak, rasakan tusukannya nanti” Bisikku juga. “Idiihh…takuut” Ejeknya. Kukemot dan ku hisap kuat-kuat payudaranya lagi, lalu kujilat dan kugigit-gigit ketiaknya yang ditumbuhi bulu lebat, oohh sungguh merangsang sekali baunya. Ningsih menjerit-jerit kecil kegelian, tapi ia menikmatinya. Tiba-tiba aku mundur lalu dengan cepat aku menyusup kedalam sarung yang masih dikenakannya, ia menjerit tertahan sambil berusaha mendorong kepalaku keluar dari dalam selangkangannya. Tapi aku tidak perduli, kukecupi pahanya yang kurasakan halus sekali. Kuhisap-isap kecil, ia terlonjak kegelian sambil mengerang manja. “Jangaan pak… bau… jijik ih… nggak mau aku… ooohhh” Dorongan tangannya berubah remasan, kepalaku sudah mencapai puncak pahanya, aku merasakan kehangatan kepalaku didalam sarungnya dan tercium bau memek yang membuat kontolku kembali sakit saking tegangnya. Kuciumi celana dalamnya yang lembab dan agak lengket, kujilati lalu kuhisap-hisap memeknya yang tertutup celana dalam hitam, aku bisa merasakan bulu memeknya yang keluar dari balik lipatan celana dalam, kujilati semuanya lalu kuporoti celana itu, tiba-tiba sarungnya menjadi kendur, ternyata Ningsih membuka ikatan setangennya sehingga sekarang ia bisa melihat kegiatanku didalam sarungnya. Ia menurunkan sarungnya, aku menariknya sampai terlepas. Kini aku terpaku sesaat melihat memeknya yang hitam tertutup bulu lebat yang ikal. Kulihat ada cairan bening menempel dibulu itu, mata Ningsih lekat memandangku, aku tak tahan lagi dengan bau yang begitu merangsang. Kubenamkan wajahku dilembahnya, kucium dengan penuh perasaan bau memeknya, oohhh… sungguh enak sekali. Dengan jari-jariku kubuka bulu memeknya dan kuperlihatkan bibir kemaluannya yang berwarna merah tua, ia merintih, tangannya mengenggam sprei dan menariknya. Aku bisa melihat bagian dalam memeknya yang banjir oleh cairan bening, menempel pada dinding dan bibir memeknya, aku tak tahan lagi, kuserbu memeknya dengan lidahku, kujelajahi dan kusapu seluruh cairan itu, terasa asin, nikmatnya sungguh gila. “Aaaaa…. enaaaakkkk… mmmhhhh…. sssshh… hhh…” Pinggulnya terangkat naik menekan mulutku dan aku makin lahap menjilati dan mengemut itinya. Ia mengerang sebelum akhirnya mengangkat pinggulnya dan tangannya menekan kepalaku, dan wajahku terbenam dalam memeknya. Hidungku menekan itilnya dengan keras dan kurasakan ia menggosok-gosokkannya dihidungku, mulutku pas diarahkan memeknya dan kumasukkan lidahku kedalam liang memeknya, lidahku kuputar dan kutusuk dalam liang itu, ia menjerit agak keras seperti rintihan panjang. “Oooohhhhhh.. aku.. aku keluaaarrr paaakk.. uuuuuhhhhhh” Terasa hentakan keras membenamkan wajahku dan kurasakan lubang memeknya memanas dan terhirup bau khas yang enak sekali, lidahku menjilati lubang kencingnya yang kecil dan merah, Ningsih merintih kecil dan mulutnya tak henti melolong. Tiba-tiba kurasakan kontolku ditariknya, aku mengikuti irama tarikannya, ternyata sesaat kemudian kontolku terbenam dalam mulutnya yang hangat, aku gemetar tak kuasa membendung nikmatnya kuluman Ningsih dikontolku, aku berusaha sekuat tenaga menahan dan membendung supaya jangan sampai keluar begitu cepat. Kualihkan jilatanku perlahan-lahan kelubang duburnya yang berwarna hitam dan ada lendir yang berasal dari liang memeknya. Kelihatannya ia terkejut sesaat tapi kemudian tiba-tiba ia berontak dan berguling sehingga aku terbawa dan kusadari aku sudah tergencet dibawah tubuhnya, posisi kami menjadi 69 dan ia menekuk lututnya sedemikian rupa hingga aku dapat dengan bebas mengeksplorasi liang duburnya, Ia bergetar hebat dan mengguman dengan kontolku dalam mulutnya. “Paakk… terus pak, terus, terushh.. jilat terus, masukin lidahnya paaakk… aku paling nggak tahaaann” Ia merintih panjang ketika lidahku kutusuk menerobos liang duburnya. Aku nggak peduli dengan pandangan jijik orang lain, karena aku menghayati sekali liang duburnya yang bersih dan tak berbau. Tubuh Ningsih kembali terhentak dan ia menekan pantatnya sehingga aku sulit bernapas, aku berusaha memuaskannya dengan lidahku terus mengorek lubang itu dan ia melolong pendek seperti wanita hendak melahirkan. Hingga akhirnya akupun nggak kuat menahan keluaran kontolku, aku tidak ingin kalah, kuputarkan tubuhnya hingga aku diatas dan ia kayaknya tahu apa yang akan berlangsung karena ia mempercepat hisapannya dan aku memompa mulutnya dengan cepat pula, tangannya mengocok-ocok pangkal kontolku dengan cepat, aku menjerit sambil memandangnya. Cairan maniku menyembur dalam mulutnya dan kulihat mulutnya mengemot kontolku tiada henti, perutku kejang menahan nikmat yang menyusup seperti gelombang dashyat. Air maniku kayak tidak ada batasnya dan tak setetespun keluar dari dalam mulutnya, ia sedemikian ahli menhayati kontolku hingga aku merasa denyutan-denyut nikmat berlangsung begitu lama, aku terduduk lemas diwajahnya, kubiarkan ia menjilati kepala kontolku dan menyedot buah zakarku, perasaanku tidak keruan ketika lidahnya mulai menelusuri lubang duburku juga, geli campur meriang yang kurasakan, tapi aku sangat menikmatinya. Lidahnya mengeksplorasi lubang duburku dengan buas, kontolku dalam sejenak mulai mengencang dan kupandang ia merintih kegembiraan, tangannya lanjut mengocok kontolku dengan lembut. Aku juga nggak ingin kalah, kujilati lagi sisa-sisa lendir diliang memeknya, seluruh bulu memeknya sudah basah oleh memeknya berkilau dan cairan memeknya sangat nikmat dan hangat, oohhh aku akan amat mengenangnya. Sesudah kontolku mengeras, Ningsih langsung berjongkok diatasnya dan mengarahkan kontolku keliang memeknya. Lalu ia mengeluh panjang ketika kontolku amblas dalam lubang hangat itu. “Kamu hebat sekali… betul-betul hebat” Bisikku. Ningsih terkikik kecil dalam pelukanku. “Dari mana kamu belajar?” Tanyaku. Ia tersenyum memandangku, keringatnya jatuh diatas bibirku, kujilat keringat itu. “Aku ini orang Madura lho” Jawabnya. “Ah nggak setiap wanita Madura begitu hebat” Jawabku. “Tapi aku hebat kan?” Bisiknya. Ia mengecup bibirku dengan lembut. “Aku takluk nih.” Bisikku pula. Ia bangun dengan cepat dan berputar terlentang, dengan sarung ia melingkupi memeknya dan berjalan cepat kekamar mandi, aku membuntutinya dan didalam kami mandi sama-sama, lagi-lagi kami melaksanakan persetubuhan sekali lagi atas inisiatifnya, ia nungging dan kutusuk dari belakang seperti anjing sedang birahi, dibawah siraman shower. Akhirnya aku mengajaknya tidur bersama hari itu, aku mengatakan ia tak usah berjualan jamu lagi. Ia akan kukontrakkan rumah dan akan kukasih uang belanja setiap bulan. Ia memberiku celana dalam dan bh bekas dipakainya padaku, ia berkata kalau aku rindu padanya maka ciumi saja celana dalamnya dan nikmati baunya. Ooh sungguh perempuan genit yang tahu memanjakan laki-laki. Ningsih meninggalkan suaminya yang memang tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Setelah berpisah dengan suaminya, ia memilih tinggal di Bandung dan aku mengijinkannya. Selama empat tahun aku memelihara Ningsih sampai akhirnya kami resmi sebagai suami isteri setelah aku dan isteriku bercerai tanpa anak. Dan itulah saat-saat terindah dalam hidupku sampai kini.

cerita dewasa tukang jamu